Oleh: H. Derajat
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Dalam Kitab Nashaaihul ‘Ibaad (nasihat bagi para hamba) karya Syeikh Nawawi Al-Bantani diceritakan kisah seorang ulama sufi yang membuat bangga Rasulullah SAW karena amalan dzikir dan wiridnya.
Beliau adalah Abu Bakar As-Syibly (rahimahullahu ta’ala) tinggal di Baghdad. Nama As-Syibli dinisbatkan kepadanya karena dibesarkan di Kota Syibli di wilayah Khurasan, Persia. Beliau dilahirkan pada 247 Hijriyah di Kota Baghdad.
Beliau bersahabat dengan Syeikh Abul Qasim Junaidy Al-Baghdady, bahkan menjadi murid beliau. Syeikh Abu Bakar As-Syibli hidup hingga usia 87 tahun, dan wafat pada tahun 334 Hijriyah dan dimakamkan di Baghdad. Beliau termasuk pembesar para sufi dan para ‘arif billah.
Beliau pernah bermunajat kepada Allah dengan kalimat yang menyentuh hati: “Wahai Tuhanku. Sesungguhnya aku senang untuk mempersembahkan kepada-Mu semua kebaikanku. Sementara aku sangat fakir dan lemah. Karena itu wahai Tuhanku, bagaimana Engkau tidak senang untuk memberi ampunan kepadaku atas segala kesalahanku, sementara Engkau Maha Kaya. Karena sesungguhnya keburukanku tidak akan membahayakan-Mu, dan kebaikanku tidaklah memberi manfaat bagi-Mu.”
Dikisahkan, Syeikh Abu Bakar As-Syibly datang kepada Ibnu Mujaahid. Maka Ibnu Mujahid segera mendekati As-Syibli dan mencium bagian wajah di antara kedua mata beliau. Syeikh As-Syibly pun bertanya kepada Ibnu Mujaahid terkait perbuatannya tersebut.
Ibnu Mujahid berkata, “Sesungguhnya aku melihat Rasulullah SAW di dalam tidurku dan sungguh beliau SAW telah mencium Syeikh Abu Bakar As-Syibli. Ketika itu berdirilah Nabi SAW di depan As-Syibli dan beliau mencium di antara kedua mata As-Syibly. Maka aku bertanya, ‘Yaa Rasulullah, apakah benar engkau berbuat yang demikian terhadap As-Syibli?”
Rasulullah SAW menjawab: “Benar, sesungguhnya dia tidak sekali-kali mengerjakan salat fardhu melainkan setelah itu membaca ayat ‘Laqad jaa a kum Rasuulum min anfusikum ‘aziizun ‘alaiHi maa ‘anittum hariisun ‘alaikum bilmukminiina raufur-rahiim, Faintawallau faqul hasbiyallahu Laa Ilaha Illa Huwa ‘alaiHi tawakkaltu wa Huwa Rabbul ‘arsyil ‘adziim‘ (At-Taubah ayat 128-129). Setelah itu dia (As-Syibli) mengucapkan salam ‘shallallaahu ‘alaika Yaa Muhammad‘.
“Kemudian aku bertanya kepada As-Syibli mengenai apa yang dibacanya setelah salat fardhu, maka beliau menjawab seperti bacaan tadi.” Itulah amalan wirid yang membuat Rasulullah senang hingga mencium beliau.
Mengenai Fadilah dari ayat Al HIRSH sebagaimana yang menjadi amalan rutin Mursyid kami tersebut telah saya jelaskan di sini (klik): “Mari Perangi Corona dengan Ayat al-Hirsh“
Ku tutup risalah kecil ini dengan Shalawat Nabi :
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى رُوْحِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فىِ اْلأَرْوَاحِ وَعَلَى جَسَدِهِ فِى اْلأَجْسَادِ وَعَلَى قَبْرِهِ فِى اْلقُبُوْرِ اَللَّهُمَّ اَبْلِغْ رُوْحَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مِنِّيْ تَحِيَّةً وَسَلاَمًا
Allaahumma shalli ‘alaa ruuhi sayyidina muhammadin fil arwaahi wa ‘alaa jasadihii fil ajsaadi wa ‘alaa qabrihii fil qubuuri. Allaahumma abligh ruuha sayyidina muhammadin minnii tahiyyatan wa salaaman.
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada ruh junjungan kami Nabi Muhammad Saw dalam setiap ruh, kepada jasadnya dalam setiap jasad, kepada kuburannya dalam setiap kuburan. Ya Allah, sampaikan kepada ruh junjungan kami Nabi Muhammad Saw dariku penghormatan dan salam.”
Pasulukan Loka Gandasasmita