Home / Agama / Kajian / Amalan Rasulullah pada Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan

Amalan Rasulullah pada Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan

“Puncak keberkahan Ramadhan berada pada sepuluh malam terakhir”

Oleh: Achmad Mukafi Niam

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Was-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn”.

Hadits Aisyah menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menilai istimewa sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya.

Keistimewaan itu ditunjukkan dengan berbagai macam ibadah yang khusus dilakukan beliau pada malam-malam tersebut.

كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ

Bahwa Rasulullah SAW meningkatkan kesungguhan (ibadahnya) di sepuluh terakhir (bulan Ramadhan) yang tidak dilakukan pada hari-hari sebelumnya.

Diantara laku ibadah yang dilakukan beliau adalah: Pertama, menghidupkan malam-malam Ramadhan. Dalam Shahih Muslim, ‘Aisyah meriwayatkan:

مَا عَلِمْتُهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ لَيْلَةً حَتَّى الصَّبَاح

Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadhan hingga menjelang subuh

Begitu juga hadits riwayat Abu Ja’far Muhammad bin Ali menerangkan “barangsiapa menjumpai bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan berislam, kemudian berpuasa di siang harinya dan shalat di malam harinya secara runut, mengendalikan matanya, menjaga kemaluannya, mulutnya, tangannya dan selalu hadir dalam shalat berjama’ah, maka orang tersebut telah benar-benar berpuasa selama satu bulan dan akan memperoleh kesempurnaan pahala, dan menemukan laylatul qadar dan meraih keberuntungan yang dihadiahkan oleh Allah SWT, Tuhan yang Maha Memberkahi”.

Kedua, Rasulullah SAW selalu membangunkan keluarganya untuk shalat malam di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Hadits yang diriwayatkan oleh Abi Dzar menggambarkan hal ini dengan jelas:

قَامَ بِهِمْ لَيْلَةَ ثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ وَخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ ذُكِرَ أَنَّهُ دَعَا أَهْلَهُ وَنِسَآءَهُ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ خَاصَّةً،

Bahwasannya Rasulullah SAW beserta keluarganya bangun (untuk beribadah) pada malam 23, 25, dan khususnya pada malam 27.

Bahkan dalam satu riwayat Rasulullah SAW pernah membangunkan Fathimah dan Ali di malam hari itu dan berkata “ayo bangun-bangun, shalat-shalat”

Artinya, begitu sangat istimewanya sepuluh malam terakhir bagi Rasulullah SAW, hingga beliau mementingkan untuk membangunkan segenap keluarganya, baik yang muda, tua, kecil maupun besar dari laki maupun perempuan untuk beribadah mengharap-harapkan laylatul qadar.

Ketiga, Rasulullah SAW mengencangkan ikat pinggang, dengan artian menghindari tempat tidur di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Beliau menyendiri memburu kenikmatan beribadah.

Secara otomatis, i’tikaf ini akan menghindarkan beliau dari tempat tidur dan menggauli istrinya. Hal ini berdasar pada hadits:

فِي الصَّحِيْحَيْنِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرَ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ .

Bahwa Rasulullah saw ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya.

Keempat, Rasulullah SAW pernah pada satu malam dari sepuluh malam terakhir Ramadhan, menyambung puasa tanpa berbuka hingga magrib yang akan datang (puasa wishãl). Artinya sebagaimana hadits Aisyah bahwa Rasulullah SAW menggabungkan buka dan sahur untuk dua malam puasa. Hal ini untuk menjaga kekosongan perut agar mudah berkonsentrasi dalam beribadah kepada Allah SWT, dan bermunajat kepada-Nya. Sebagaimana yang diterangkan dalam hadits.

وَرُوِيَ عَنْهُ مِنْ حَدِيْثِ عَائِشَةَ وَأَنَسٍ أَنَّهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَانَ فِي لَيَالِي الْعَشْرِ يَجْعَلُ عِشَآءَهُ سَحُوْرًا

Namun puasa wishal ini hanya boleh dilakukan oleh Rasulullah SAW, tidak oleh umatnya.

Kelima, Rasulullah SAW mandi dan membersihkan diri, merapikan pakaian serta memakai wangi-wangian menjelang waktu isya’ selama sepuluh hari terakhir Ramadhan. hal ini dengan harapan memperoleh laylatul qadar begitulah keterangan Ibnu Jarir.

Oleh karenanya, dianjurkan bagi mereka yang mengharapkan laylatul qadar untuk membersihkan diri dengan mandi dan berpakaian yang rapih dan wangi. Hendaklah bersih diri (dzhahir) ini juga disertai dengan perhiasan jiwa (bathin) dengan taubat minta ampunan dari segala dosa. Karena, sungguh percuma perhiasan dzhahir tanpa kesucian bathin. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak memandang keadaan bentuk dan hartamu, tetapi ia (Allah) memperhatikan hati dan amal-amalmu.

Keenam, Rasulullah SAW selalu beri’tikaf di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Sebuah hadits Sayyidah ‘Aisyah menerangkan bahwa Rasulullah SAW beri’tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan, hingga Allah SWT memanggilnya.

اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ، اَللّٰهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا

Allãhumma innã nas’aluka ridhãka wal-jannata wa na’ûdzu bika min sakhathika wan-nãr, Allãhumma innaka ‘afuwwun karîmun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annã

“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu keridhaan-Mu dan surga, dan kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan neraka. Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau Mencintai Pemaafan, maka maafkanlah kami”.

Wallãhu A’lamu bish-Shawãb

 

About admin

Check Also

Mengapa Harus Bulan Ramadhan?

”Mengapa Allah SWT menurunkan perintah berpuasa kepada orang-orang beriman jatuh di bulan Ramadhan?”. Oleh: Admin ...