Home / Agama / Kajian / Amalan Dzikir Tarekat Idrisiyyah

Amalan Dzikir Tarekat Idrisiyyah

“Mengapa disebut Tarekat Idrisiyah? Hal itu dikarenakan Rasulullah SAW mengajarkan kepada Syeikh Idris dalam pertemuannya secara yaqadzhatan (terjaga)”.

Oleh: H. Derajat*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.

Ada sebuah dzikir tarekat yang pernah diijazahkan dan diajarkan oleh Mbah Moen maupun Mursyid kami Abah Guru Sekumpul Martapura. Namanya Tarekat Idrisiyah.

Hal itu pernah diajarkan pula oleh Syeikh Sufi Quthbul ‘Ilmi Mekkah yang bernama Sayyid Muhammad ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani.

Beliau adalah Master Sufi yang membuka majelis pengajian di Masjidil Haram di era 1970-an. Beliau adalah orang shaleh yang berakhlak mulia yang membuka pengajian tasawuf/tarekat di Makkah Al-Mukaramah. Saya pribadi pernah mengikuti pengajian pribadinya di tahun 1980 bersamaan dengan ngalapTarekat Naqsyabandiyyah dari Mursyid kami Syekh Muhammad Yusuf Karim di Makkah.

Abah Guru Sekumpul, dalam satu ceramahnya mengajarkan sebuah dzikir Tarekat Idrisiyyah yang faidahnya mendapat akhir hidup yang husnul khãtimah:

Tarekat ini sering juga disebut, Dzikr Fî Kulli Lamhatin, berikut lafadznya.

لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّٰهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ عَدَدَ مَا وَسِعَهُ عِلْمُ اللّٰهِ

Lã ilãha illallãhu Muhammadur Rasûlullãh fî kulli lamhatin wa nafasin ‘adada mã wasi’ahu ‘ilmullãh

“Tiada Tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah, pada setiap pandangan dan nafas, sebanyak bilangan yang diliputi oleh ilmu Allah.”

Sekurangnya dibaca 3 kali pagi dan 3 kali sore. Kata Abah Guru Sekumpul. Artinya, lebih banyak boleh.

Mengapa disebut Tarekat Idrisiyyah? Hal itu dikarenakan Rasulullah SAW mengajarkan kepada Syeikh Idris, dalam pertemuan yaqadzhatan (terjaga).

Syekh Ahmad ibn Idris telah mendapat keistimewaan berupa pengajaran dari Rasulullah SAW langsung. Bahwa kalimat Syahadat, agar menambahkannya dengan “fî kulli lamhatin wa nafasin ‘adada mã wasi’ahu ‘ilmullãh”.

Mengenai turunnya dzikir tersebut telah bercerita Syeikh Ahmad ibn Idris: Pada suatu ketika, telah bersabda Rasulullah SAW, “Lã ilãha illallãhu Muhammadur Rasûlullãh fî kulli lamhatin wa nafasin ‘adada mã wasi’ahu ‘ilmullãh”. Telah aku simpan (yakni at-Tahlîl al-Makhshûsh / adz-Dzikr al-Makhshûsh) untukmu wahai Ahmad. Engkau tiada didahului oleh siapapun kepadanya. Maka ajarkanlah ia kepada para sahabatmu supaya mereka dapat berlomba-lomba dengan orang-orang yang terdahulu (al-awã’il)”.

Mengenal Abah Guru Sekumpul

Dikutip dari laman Jatman Online, dikatakan bahwa Abah Guru Sekumpul memiliki nama asli KH. Muhammad Zaini Ghani. Beliau dikenal diseluruh pelosok negeri Indonesia terutama masyarakat Banjarmasin.

Abah Guru Sekumpul merupakan ulama kharismatik asal Banjarmasin dan merupakan dzuriyat ke-8 dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Yakni, KH. Muhammad Zaini Ghani bin Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Samman bin Sa’ad bin Abdullah Mufti bin Muhammad Khalid bin Khalifah Hasanuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kalampayan).

Laqab Guru Sekumpul merupakan panggilan akrab dari jama’ahnya. Beliau lahir pada malam Rabu tanggal 27 Muharram 1361 H (11 Februari 1942 M) di desa Tunggul Irang Seberang, Martapura. Abah Guru Sekumpul ketika lahir diberi nama Qusyairi, namun karena sering sakit kemudian namanya diganti menjadi Muhammad Zaini.

Sewaktu kecil, ia tinggal di Kampung Keraton. Ayahnya, Abdul Ghani, dan ibunya, Masliah merupakan keluarga yang kekurangan dari segi ekonomi. Ayahnya yang bekerja sebagai buruh penggosok batu intan tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Meski hidup prihatin dan sederhana, Zaini muda mendapat pendidikan yang baik dari ayahnya dan neneknya yang bernama Salabiah. Di lingkungan keluarga ia mendapat didikan yang ketat dan disiplin serta mendapat pengawasan dari pamannya, Syekh Semman Mulya. Pada usia 5 tahun ia belajar al-Qur’an dengan Guru Hasan Pesayangan dan pada usia 6 tahun menempuh pendidikan di Madrasah Kampung Keraton. Pada usia 7 tahun ia masuk ke Madrasah Diniyyah Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

Abah Guru Sekumpul muda menempuh pendidikan di Pesantren Darussalam selama 12 tahun (1949-1961 M). Pada tahun 1949 (usia 7 tahun) ia masuk tingkat Tahdhiry/Ibtida’iy dan pada tahun 1955 (usia 13 tahun) ia melanjutkan ke tingkat Tsanawiyah di Pesantren yang sama. Ia menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1961 (usia 19 tahun), lulus dengan nilai jayyid mumtaz.

Selain belajar secara formal di pondok pesantren Darussalam, beliau juga menuntut ilmu di sejumlah halaqah di kediaman para ulama di sekitar Martapura sebagaimana lazim dilakukan oleh para santri di pesantren Darussalam. Tidak hanya itu, ia juga belajar dengan sejumlah guru di luar daerah Martapura, di antaranya ia pernah belajar dengan KH. M. Aini di Kampung Pandai Kandangan dan pernah belajar dengan KH. Muhammad di Gadung Rantau.

Sekitar tahun 1965 (usia 23 tahun), Abah Guru Sekumpul berangkat bersama pamannya, KH. Semman Mulya ke Bangil. Di Bangil, ia dibimbing oleh Syekh Muhammad Syarwani Abdan selama beberapa waktu. Setelah memperoleh bimbingan spiritual, Zaini Muda disuruh sang guru untuk berangkat ke Mekkah menemui Sayyid Muhammad Amin Qutbi untuk mendapat bimbingan sufistik darinya.

Sebelum berangkat ke Makkah, ia terlebih dahulu menemui Kyai Falak (Mama Falak) Bogor dan di sini ia memperoleh ijazah dan sanad suluk dan thariqah. Sambil menunaikan ibadah haji, Abah Guru Sekumpul mendapat bimbingan langsung dari Sayyid Muhammad Amin Qutbi dan dihadiahi sejumlah kitab tasawuf.

Dengan demikian, Abah Guru Sekumpul telah belajar secara khusus tentang Tasawuf dan Suluk kepada tiga ulama, yaitu Syekh Syarwani Abdan di Bangil, Mama Falak di Bogor dan Sayyid Muhammad Amin Qutbiy di Makkah. Selain itu, rantai keilmuannya tersambung dengan sejumlah ulama besar di Makkah. Hal ini terlihat dari beberapa sanad bidang keilmuan dan thariqah yang diambilnya dari beberapa ulama diantaranya, Sayyid Muhammad Amin Qutbiy, Sayyid ‘Abd al-Qadir al-Bar, Sayyid Muhammad bin ‘Alwiy al-Malikiy, Syekh Hasan Masysyath, Syekh Muhammad Yasin al-Fadani, Kyai Falak Bogor dan Syekh Isma’il al-Yamani.

Kegemarannya menuntut ilmu dan bersilaturrahmi ke sejumlah ulama membuatnya memiliki banyak guru baik di Kalimantan, Jawa dan Madura maupun di Timur Tengah (Makkah). Ada yang menyebutkan bahwa gurunya berjumlah sekitar 179 hingga mendekati 200 orang. Wallãhu a’lam.

Semoga Allah Ta’ala memuliakan Mursyid kami Abah Guru Sekumpul…

Ku akhiri risalah ini dengan doa yang tertulis dalam kitab Risâlah al-Mustarsyidîn:

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِمَشَايِخِنَا وَلِمَنْ عَلَّمَنَا وَارْحَمْهُمْ، وَأَكْرِمْهُمْ بِرِضْوَانِكَ الْعَظِيْمِ، فِي مَقْعَد الصِّدْقِ عِنْدَكَ يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Allâhummaghfir limasyâyikhinâ wa liman ‘allamanâ warhamhum wa akrimhum biridlwânikal ‘adzhîm fî maq’adish shidqi ‘indaka yâ arhamar râhimîn

“Wahai Allah ampunilah guru-guru kami dan orang yang telah mengajar kami. Sayangilah mereka, muliakanlah mereka dengan keridhaan-Mu yang agung, di tempat yang disenangi di sisi-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara penyayang.” (Imam al-Haris al-Muhasibi, Risâlah al-Mustarsyidin, Dar el-Salam, halaman 141)

_____________

* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita

About admin

Check Also

Makna Bashirah dan Tingkatannya

“Syaikh Ahmad ibn ‘Athaillah Assakandary dalam al-Hikamnya membagi bashîrah dalam tiga tingkatan; Syu’ãul bashîrah, ‘Ainul bashîrah ...