“Allah Teh Oyag”
(bahasa Sunda yang artinya “Allah itu gerak”)
Oleh: H. Derajat*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wash-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn”.
Pada suatu saat, di tahun 1994 telah berkata Mursyid kami yang mulia Kiai Haroun Al-Rashid (Abah Legok), di Cibatu Garut atau dipanggil dengan nama yang terhormat sebagai Syeikh Rahmatullah, yang mana beliau mengatakan: “Allah teh oyag” (bahasa Sunda) bahwa “Allah itu gerak”.
Sepintas kalimat itu nampak sederhana, namun setelah ditelaah lebih jauh ternyata mempunyai makna yang sangat dalam.
Kata “Gerak” yang dimaksud Abah itu menyeluruh meliputi geraknya hati, geraknya pikiran, geraknya badan, geraknya alam semesta, geraknya suatu rencana, timbulnya harapan, timbulnya perjuangan bahkan geraknya Sirr maupun jalan pikiran kita semua masuk di dalam “Oyag“ yang dimaksudkan oleh Abah.
Kalimat itu mengusik pikiranku untuk merenung lebih jauh tentang makna “Oyag“ yang dikatakan Mursyid kami di atas.
Demikian juga mursyid kami Abah Uci Turtusyi dengan jelas mengatakan:
Ceramah Abah Uci Turtusyi di atas apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia,
“Gak akan mungkin orang duduk kalau bukan karena kehendakNya. Dalam ilmu hakikat, kita dan geraknya kita milik Allah, kita dan diamnya kita milik Allah, dan kita tidak memiliki apa-apa. Apabila Allah menghendaki kita sakit maka akan sakit, ketika Allah menghendaki kita sehat maka kita akan sehat demikian pula ketika Allah menghendaki kita kaya ataupun miskin maka demikianlah yang akan terjadi”.
Betapa lemahnya hidup seorang hamba yang memang tidak mempunyai kekuatan apa-apa selain daripada kekuatanNya yang meliputi kehidupan ini.
Allah berfirman:
وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللّٰهَ رَمَىٰ ۞
“Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.” (QS. Al-Anfal [8]: 17)
“Oyag” yang dimaksud oleh Abah Legok diperjelas oleh sebuah hadits:
لَا تَتَحَرَّكُ ذَرَّةٌ إِلَّا بِإِذْنِ اللّٰهِ
Lã tataharraku dzarratun illã bi idznillãh
“Tidak bergerak satu zarrah juapun melainkan atas izin Allah”
Semoga Allah memberkahi kita semua dengan membukakan hijab kelemahan diri kita sebagai Hamba Allah sehingga terpancarlah Kekuatan Ilahiyyah dalam diri kita. Ingatlah sahabatku, merasa lemah di hadapan Allah adalah kekuatan Ilahiyyah yang agung bagi diri kita. Ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
Sering-seringlah membaca doa :
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
Yã muqallibal qulûbi tsabbit qalbî ‘alã dînika
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu”.
“Duh Gusti, Dat anu ngoyagkeun hate, tetepkeun hate abdi dina agama nu dipikaridho ku Anjeun”. Ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
Wallãhu A’lamu bish-Shawãb.
______________
*Renungan pada Malam Jum’at, 25 Mei 2023