بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Saudaraku yang dikasihi Allah, salah satu Nama Allah SWT di antara sembilan puluh sembilan Nama-Nya adalah al-Mutakabbir, yang di antara artinya adalah Yang Memiliki segala Keagungan.
Secara bahasa al-Mutakabbir berarti kebesaran, angkuh, yang tidak tertundukkan, serta enggan. Allah bersifat al-Mutakabbir artinya hanya Allah pemilik segala kebesaran, namun enggan untuk menganiaya hamba-Nya.
Kebesaran itu hanya milik Allah, serta hanya Allah yang pantas menyandangnya sebab Allah Maha Besar. Sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an:
هُوَ اللّٰهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللّٰهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ ۞
Huwallãhul ladzî lã ilãha illã huwal malikul quddûsus salãmul mu’minul muhaiminul ‘azîzul jabbãrul mutakabbir, subhãnallãhi ‘ammã yusyrikûn.
“Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Q.S. Al-Hashr [59]: 23)
Pada hari kiamat kelak, Allah SWT menantang dunia beserta para penghuninya dengan sifat al-Mutakabbir-Nya. Semua makhluk yang memiliki sifat-sifat kesombongan akan ditantang oleh Allah SWT. Sebagaimana dikemukakan dalam Hadits Qudsy yang disebutkan di dalam Kitab Bustãnul Wã’idzhîn yang disusun oleh Syaikh Ibnul Jauzi:
يَطْلَعُ اللّٰهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ : يَا دُنْيَا، أَيْنَ أَنْهَارُكَ؟ أَيْنَ أَشْجَارُكَ؟ وَأَيْنَ عَمَّارُكَ؟ أَيْنَ الْمُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ الْمُلُوْكِ؟ وَأَيْنَ الْجَبَابِرَة ُوَأَبْنَاءُ الْجَبَابِرَةِ؟ أَيْنَ الَّذِيْنَ أَكَلُوْا رِزْقِيْ وَتَقَلَّبُوْا فِيْ نِعْمَتِيْ وَعَبَدُوْا غَيْرِيْ؟ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ؟ فَلَا يُجِيْبُهُ أَحَدٌ، فَيُرِدِ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ فَيَقُوْلُ : اَلْمُلْكُ لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ ۞
Allah Tabãraka wa Ta’ãlã melihat ke arah dunia, lalu berfirman: “Wahai dunia, mana sungai-sungaimu? Mana pepohonanmu? Mana kemakmuranmu? Mana para raja dan para anak keturunannya? Mana para perkasa dan anak keturunannya? Mana orang-orang yang memakan rizki-Ku dan yang menggunakan nikmat-Ku namun menyembah selain-Ku? Milik siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat) ? Maka tidak seorang pun yang menjawabnya. Maka Allah ‘Azza wa Jalla menjawab: “Kerajaan adalah milik Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan”.
Meskipun redaksi Hadits Qudsy di atas tidak ditemukan sanad dan periwayatannya, namun dalam riwayat lain yang mirip dengan makna di atas telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya nomor 4812 dan Muslim nomor 2787, bahwa Abu Hurairah berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَقْبِضُ اللّٰهُ الأَرْضَ، وَيَطْوِي السَّمَوَاتِ بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ مُلُوكُ الأَرْضِ؟
“Allah menggenggam bumi dan menggulung semua langit dengan (Tangan) kanan-Nya, kemudian berfirman: “Aku adalah Raja, kemana semua raja-raja di bumi?”.
Hadits dengan redaksi yang mirip juga pernah diriwayatkan oleh Ishak bin Rahawaih dalam Musnadnya, nomor: 10 (1/84) dan Abu Syeikh dalam Al ‘Adzamah nomor: 386, 387, 388, bahwa hancurnya semua makhluk, semua mereka akan mati, termasuk malaikat ‘alaihimus salãm dengan panjang lebar dan dikenal oleh para ulama sebagai hadits gambaran (peristiwa) (al-Hadîts al-Shuwar).
Dengan muatan dan maksud yang agak mirip, juga telah disebutkan dalam al-Qur’an Surat al-Ghãfir (al-Mu’min) ayat 15-17:
رَفِيعُ الدَّرَجَاتِ ذُو الْعَرْشِ يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلَاقِ ۞ يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ ۖ لَا يَخْفَىٰ عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ ۚ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۖ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ ۞ الْيَوْمَ تُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ ۚ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ ۞
“(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai ‘Arsy, Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat). (Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.” (Q.S. Al-Ghãfir (al-Mu’min) [40]: 15-17).
Saudaraku yang dikasihi Allah SWT, kesombongan adalah “Pakaian” Allah SWT. Tidak pantas bagi makhluk-Nya untuk memakainya. Hidup dan kehidupan yang telah diberikan Allah SWT kepada penduduk bumi menunjukkan kelemahan, kekerdilan dan ketakberdayaan makhluk-Nya. Masihkah kita tidak sadar sehingga kita enggan untuk menyembah-Nya? Renungkanlah…
Wallãhu A’lamu bish-Shawãb