Oleh: H. Derajat
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Petiklah hikmah dalam kisah ini
Setelah ditempa pelajaran sebulan penuh di dalam kita menjalankan ibadah puasa pada Ramadhan kemarin untuk melatih pengekangan hawa nafsu marilah kita kembali kepada Fitrah Manusia yaitu mentauhidkan Allah ta’ala sebagai satu-satunya Dzat Maha Penguasa Kehidupan kita. Tanpa Tauhid maka agama kita nyaris kosong tiada berarti.
Nabi Musa As. pernah mengeluhkan sakit perut kepada Allah SWT. Turunlah petunjuk untuk mengobatinya dengan tanaman rumput. Berkat izin Allah SWT, Nabi Musa As. sembuh setelah makan rumput tersebut.
Nabi Musa mengalami sakit serupa beberapa waktu setelahnya. Berkat pengalaman sebelumnya, ia langsung mengkonsumsi rumput itu kembali. Alih-alih sembuh, pemimpin Bani Israil ini makin parah sakitnya. Ia pun mengadu kepada Allah SWT.
“Ya Tuhan, dulu aku makan rumput itu Engkau memberikan manfaat atasnya. Namun saat aku memakannya lagi, penyakitku justru bertambah.”
Allah SWT menjawab, “Sesungguhnya engkau pada kali pertama pergi ke padang rumput dengan memohon kesembuhan kepadaku, sehingga kesembuhan tercapai di dalamnya. Sedangkan pada kali kedua engkau pergi ke padang rumput tanpa berharap kepadaKu, melainkan kau berkeyakinan bahwa rumput itu bisa menyembuhkanmu, sehingga penyakitmu bertambah. Apakah engkau tidak tahu bahwa dunia ini seluruhnya adalah racun mematikan. Dan penawarnya adalah nama-Ku. Ketahuilah Musa, sesungguhnya yang menyembuhkan itu Aku melewati padang rumput tersebut, bukan kamu.”
Kisah ini sesuai dengan Firman Allah Ta’ala:
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ اللّٰهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللّٰهَ رَمَىٰ ۚ ۞
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar”. (QS. Al-Anfal [8]: 17 )
Akhirul kalam, yakinlah bahwa keberhasilan usaha kita itu sesungguhnya karena keridloan-Nya lah yang menyertai usaha itu.
Ku akhiri dengan do’a :
اَللّٰهُمَّ ارْزُقْنَا نُوْرَ التَّوْحِيْدِ فَلَا نَتَوَجَّهُ اِلَّا اِلَيْكَ وَاعْصِمْنَا مِنَ الشِّرْكِ اْلجَلِيِّ وَاْلخَفِيِّ فَلَا نَلْتَفِتُ اِلَى مَنْ سِوَاكَ، وَاهْدِنَا اَسْنَى طَرِيْقِ اْلعَارِفِيْنَ وَبَلِّغْنَا مَا بَلَّغْتَهُمْ مِنَ السِّرِّ اْلمَصُوْنِ وَهُوَ اْلاِخْلَاصُ الَّذِيْ جَعَلْتَهُ سَفِيْنَةَ الصِّدِّيْقِيْنَ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ لاَ يَزَالُ وَاقِفًا بَيْنَ يَدَيْكَ مُخْلِصًا لَكَ فِيْمَا نَقُوْلُ وَنَعْمَلُ يَا رَبَّ يَا مَنْ يَعْلَمُ خَائِنَةَ اْلاَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُوْرُ، وَصَلَّى اللّٰهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ ۞
Allâhummarzuqnâ nûrat tauhîdi falâ natawajjahu illâ ilaika wa’shimnâ minasy-syirkil jaliyyi wal khafiyyi falâ naltafitu ilâ man siwâka wahdinâ asnâ tharîqil ‘ârifîna wa ballignâ mâ ballaghtahum minas sirril mashûni wa huwal ikhlâshul ladzî ja’altahû safînatas shiddîqîna, Allâhummaj’alnâ mimman lâ yazâlu wâqifan baina yadaika mukhlishan fîmâ naqûlu wa na’malu yâ rabba yâ man ya’lamu khâinatal ‘a’yuni wa mâ tukhfish shudûru wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa ‘alâ âlihî wa shahbihî wa sallam.
“Ya Allah, anugerahilah kami cahaya Tauhid yang menjadikan kami tidak mengarah kecuali kepada-Mu. Lindungilah kami dari kemusyrikan yang nyata maupun yang tersembunyi sehingga kami tidak menoleh kepada selain-Mu. Antarkanlah kami menuju jalan benderang yang ditempuh oleh mereka yang arif dan jadikanlah kami mampu mencapai pencapaian mereka dari rahasia kalbu yang terdalam yaitu keikhlasan, yang Engkau jadikan bahtera para shiddiqin meneju ke hadirat-Mu. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk kelompok yang selalu menghadap ke hadirat-Mu, tulus terhdap-Mu dalam ucapan dan perbuatan kami, wahai Tuhan yang Maha Mengetahui kerlingan mata dan apa yang tersembunyi di dalam dada. Semoga Allah senantiasa memberi rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya serta para sahabatnya.”
Wallâhu A’lamu bish-Shawâb