SIAPA saja yang mengkaji mengenai Perang Salib, ia tidak bisa mengesampingkan peran para ulama sufi selama peristiwa tersebut. Hal itu dikarenakan mereka para sufi memiliki peran amat besar dalam gerakan jihad melawan pasukan Salib.
Ditegaskan oleh Syauqi Dhaif, ”Sesungguhnya orang-orang zuhud kami, orang-orang sufi kami, mereka berpandangan bahwa termasuk kesempurnaan tashawuf mereka dan zuhud mereka adalah berjihad terhadap musuh dan melakukan ribath di perbatasan hingga jika perang dikumandangan mereka masuk dalam barisan memerangi musuh agama yang hanif ini dan mencari syahid.” (Ahsr Ad-Dual wa Al-Imarat Mishr wa Syam, hal. 3)
Sebagaimana para sufi sejak masa Daulah Zankiyah hingga Mamalik amat sigap dalam merespon pertempuran melawan pasukan Salib yang memasuki negeri mereka.
Demikian juga ribath, bangunan tempat para sufi tinggal dan melaksanakan ibadah juga berfungsi sebagai tempat mereka berjaga. Sehingga ketika jihad dikumandangkan mereka segera bergabing dengan para mujahidin. (lihat, Al-Bidayah wa An-Nihayah, 13/58)
Nuruddin Zanki serta Shalahuddin sendiri telah menjalin hubungan baik dengan para tokoh sufi, mereka menjadikan para sufi sebagai pendukung dalam menjalankan tugas jihad melawan pasukan Salib.
Dalam hal ini, beberapa ulama sufi yang memiliki kontribusi dalam jihad melawan pasukan Salib. Diantaramereka adalah:
1. Hayat bin Qais Al Harrani
Nuruddin Zanki gemar mengunjungi Hayat bin Qais Al Harani. Disamping bertabaruk, ia juga meminta doa kepada ulama sufi ini. Ulama inilah yang memberi dukunag Nuruddin dalam jihad melawan pasukan Salib dan ia selalu berdoa untuknya. (Lihat, Siyar A’lam An-Nubala, 15/371)
2. Abu Al Hasan Al Maqdisi
Abu Hasan Al Maqdisi adalah seorang ahli sejarah dan sesorang sufi yang juga meninggalkan sejumlah karya. (Lihat, Mu’jam Al-Muallifin, 3/413)
Ulama sufi ini juga ulama yang sering dikunjungi oleh Nuruddin Zanki. Al Maqdisi yang mendorong Nurruddin agar membebaskan Al Azzaz. Tidak hanya sebatas itu, setelah berhasil meyakinkan Nuruddin mengenai serangan terhadap kota ini, Al Maqdisi pun memberi petunjuk mengenai strategi dalam memperebutkan benteng di kota tersebut. (Bughyah Ath-Thalab, 1/4419)
3. Syeikh Raslan Ad Dimasqi
Ribath Syeikh Ruslan Ad Dimasqi dibangun di luar pagar kota Suriah. Posisinya seperti bangunan untuk penjagaan yang memiliki penjaga perbatasan yang setiap malam mengelilingi luar pagar Damaskus setelah gerbangnya ditutup. Dengan demikian tidak ada musuh yang dapat melakukan serangan secara tiba-tiba. Para murid hilir mudik ke ribath guna mempelajari pengetahuan agama, juga berlatih tata cara berperang. (Lihat, Siyar A’lam An-Nubala, 15/144)
4. Abdurrahman Al Halhuli
Syeikh Abdurrahman Al Halhuli adalah salah satu ulama sufi, yang mana saat itu bersama Syeikh Yusuf Fandalawi seorang ulama faqih Maliki, ketika pasukan Salib sudah berada di posisi lebih dekat. Akhirnya kedua ulama ini menyongsong pasukan Salib untuk melakukan perlawanan, sampai kedua-duanya terbunuh. (Al I’tibar, hal, 127)
5. Syeikh Sufi Al Jazirah
Al Hafidz Ibnu Atsir menyampaikan bahwa Nuruddin Zanki memimiliki hubungan amat dekat dengan seorang syeikh sufi yang tinggal di Al Jazirah, yakni wilayah antara sungai Dajlah dengan sungai Eufrat. Nuruddin selalu mendengar kata-kata syeikh sufi ini. Hingga pada suatu saat syeikh sufi ini melihat bahwa Nuruddin banyak bermain bola dengan menggunakan kuda-kuda yang biasa digunakan untuk berjihad. Sufi ini pun menegur Nuruddin arena aktifitas tersebut. Maka Nuruddin pun menjawab bahwa hal itu dilakukan bukan untuk permainan semata, namun agar kuda-kuda senantiasa bergerak, hingga suatu saat jika perlu digunakan untuk berjihad maka kuda-kuda itu pun siap. (Lihat, Al-Bahir, hal. 164,165)
6. Abu Umar Al Maqdisi
Abu Umar Al Maqdisi adalah seorang syeikh sufi yang mengikuti sebagian besar pertempuran Shalahuddin Al Ayubi, termasuk peperangan Hittin dan pembebasan Bait Al Maqdis. (lihat, Al-Bidayah wa An-Nihayah, 13/58,59)
7. Syeikh Ahmad Al Maqdisi
Syeikh Ahmad Al Maqdisi juga seorang ulama sufi yang menyertai pertempuran Shalahuddin Al Ayubi tatkala membebasan Bait Al Maqdis. Ulama ini juga dikenal sebagai Abu Tsaur, karena ia menunggangi seekor banteng (tsaur) ketika berperang melawan pasukan Salib. (lihat, Al-Ans Al-Jalil, 2/238)
8. Abdullah Al Yunini
Abdullah Al Yunini dijuluki sebagai Asad As Syam, singa Syam. Julukan ini diberikan kerena keberaniannya dalam peperangan melawan pasukan Salib. Para ulama sendiri menyebutkan bahwa Al Yunini ulama yang bermujahadah dalam ibadah dan memiliki banyak karamah. (Al-Bidayah wa An-Nihayah, 13/93)
9. Syeikh Abu Hasan As Syadzili
Di masa Al Mamalik, Abu Hasan As Syadzili pendiri tarekat As Syadziliyah bersama para sahabatnya turun ke jalan dalam rangka mengajak masyarakat untuk berjihad melawan pasukan Salib. Dan mereka mengingatkan kepada masyarakat mengenai kemenangan dan kemuliaan syuhada. (Al-Bidayah wa An-Nihayah, 13/177)
Tentu, para sufi yang ikut berjihad dalam perang Salib tidak terbatas hanya yang disebutkan di atas karena di sana masih banyak ulama sufi lainnya yang memiliki andil dalam jihad melawan pasukan salib. [Hidyatullah]
Rep: Sholah Salim
Editor: Thoriq