Menteri Luar Negeri AS John Kerry (kiri) dan Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius
Skandal penyadapan AS atas negara-negara sahabatnya, seperti yang dibocorkan Edward Snowden, terus berlanjut. Kini giliran Prancis, dan membuat Prancis gusar dengan ulah AS itu.
Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius memanggil duta besar Amerika Serikat sebagai bentuk protes terhadap pemerintah AS, Senin (21/10/1). Protes itu disampaikan setelah surat kabar Le Monde memberitakan bahwa badan intelijen AS, National Security Agency (NSA) telah memata-matai warga Prancis.
Prancis menyebut aktivititas seperti itu antara negara sahabat “tidak dapat diterima”. Badan keamanan Amerika, NSA, juga dilaporkan menyadap jutaan pesan pendek.
Tuduhan bahwa lembaga tersebut telah mengumpulkan jutaan rekaman telepon di Prancis bisa berubah menjadi ketegangan diplomatik, tepat ketika Menteri Luar Negeri AS John Kerry tiba di Paris untuk memulai lawatan di benua Eropa membahas masalah Suriah.
“Saya segera memanggil duta besar AS dan dia akan ditemui di Quai d’Orsay (Kementerian Luar Negeri Prancis) pagi ini,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius di sela-sela rapat Uni Eropa di Luxembourg.
Surat kabar Le Monde mengatakan data (yang didapat dari bocoran mantan analis intelijen Edward Snowden) tersebut menunjukkan NSA memonitor bisnis dan para pejabat serta para tersangka terorisme.
Badan keamanan Amerika, NSA, juga dilaporkan menyadap jutaan pesan pendek.
Penyadapan dilakukan dengan menggunakan beberapa kata kunci.
Dokumen itu menunjukkan 70,3 juta telepon telah disadap dalam waktu 30 hari dari tanggal 10 Desember 2012 sampai 8 Januari 2013.
Snowden diburu Amerika terkait dakwaan spionase. Ia saat ini berada di Rusia setelah mendapatkan suaka.
Informasi yang ia bocorkan menyebabkan klaim bahwa NSA dan juga CIA melakukan mata-mata dalam skala global!
Sasaran AS termasuk Cina dan Rusia serta negara-negara sahabat seperti Uni Eropa dan Brasil. NSA juga terpaksa mengakui menyadap email dan data telepon dari jutaan warga Amerika sendiri.
Dubes AS Tolak Berkomentar
Menteri Dalam Negeri Prancis, Manuel Valls (wikipedia).
Sementara itu Menteri Dalam Negeri Prancis, Manuel Valls, menggambarkan tuduhan (yang diterbitkan di surat kabar Le Monde) sebagai sesuatu yang mengejutkan!
“Bila ada negara yang melakukan mata-mata kepada Prancis atau ke negara Eropa lain, itu sangat tidak dapat diterima,” kata Valls kepada Radio Europe 1.
Duta besar Amerika untuk Prancis Charles Rivkin menolak berkomentar tentang laporan bahwa ia telah dipanggil oleh kementerian luar negeri namun ia menekankan bahwa hubungan Washington dan Paris tetap dekat.
“Hubungan ini mencakup militer, intelijen, dan pasukan khusus … dengan level terbaik dalam generasi ini,” kata Rivkin kepada kantor berita Reuters.
Bulan Juli 2013 lalu, kejaksaan Paris membuka penyelidikan terkait program NSA yang disebut PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems).
PRISM sendiri, menurut data intelijen yang dibocorkan mantan kontraktor NSA, Edward Snowden, ke Wikileaks, adalah program mata-mata AS yang menyadap data-data pengguna internet dunia dan catatan telepon warga AS serta negara-negara lain di Eropa dan Amerika Latin.
Duta besar Amerika untuk Prancis Charles Rivkin (wikipedia).
Langkah ini dilakukan setelah harian Jerman Der Spiegel dan Inggris The Guardian mengungkapkan skala spionase yang dilakukan oleh NSA, yang dibocorkan oleh Edward Snowden.
“Kami telah diperingatkan Juni lalu tentang program itu dan kami bereaksi keras, tapi tentu untuk yang ini kami perlu bertindak lebih jauh,” kata Fabius.
Sedangkan Rivkin menjelaskan, “Kami harus memastikan secepatnya praktik semacam ini tidak akan diulangi lagi”, jelas Rivkin
Menurut Le Monde, target NSA dalam spionase itu adalah perorangan yang dicurigai terlibat terorisme, dan juga mereka yang punya urusan bisnis atau politik di Prancis.
Ratusan juta alamat internet dikumpulkan NSA
Sementara itu sebuah dokumen yang dibocorkan oleh Edward Snowden menduga Badan Keamanan Nasional AS mengumpulkan 250 juta alamat internet setiap tahunnya.
Dalam satu hari tahun 2012 lalu misalnya, NSA menghimpun 444.743 alamat dari Yahoo, 105.068 dari Hotmail, 82.857 dari Facebook, serta 33.697 dari Gmail.
Pengumpulan tersebut, dari alamat email Amerika Serikat maupun di luar negeri serta akun pesan kilat, dipaparkan dalam sebuah dokumen yang dibocorkan ke koran The Washington Post.
Dengan menyelidiki secara seksama daftar alamat itu, maka NSA bisa menemukan hubungan tersembunyi dari orang-orang yang menjadi perhatian mereka.
Perusahaan-perusahaan layanan internet yang terlibat mengatakan tidak memberikan akses langsung kepada badan keamanan Amerika Serikat itu.
Dalam satu hari tahun 2012 lalu misalnya, NSA menghimpun 444.743 alamat dari Yahoo, 105.068 dari Hotmail, 82.857 dari Facebook, serta 33.697 dari Gmail.
Sementara sekitar 22.881 alamat diambil dari berbagai pemberi jasa internet lainnya, seperti diberitakan The Washington Post.
Angka itu diperoleh dari presentasi Powerpoint yang diduga milik NSA.
Dokumen ini merupakan bagian dari sejumlah dokumen rahasia yang dibocorkan oleh Edward Snowden, yang pernah bekerja untuk pemerintah Amerika Serikat. Dia diburu oleh pemerintah AS dan Klik kiniKlik berdiam di Rusia setelah mendapat suakaKlik di negara itu.
Alamat Warga AS
Pengumpulan data tentang alamat internet itu, tambah Washington Post, berlangsung di luar Amerika Serikat dan dilakukan ketika pengguna masuk ke emailnya atau saat mengirim pesan dan menyesuaikan alamat untuk layanan atau aplilasi berbeda.
Kartu identitas Snowden
Menurut dokumen yang dibocorkan tersebut, informasi alamat dilakukan sedikitnya di 18 titik akses yang dikendalikan oleh perusahaan telekomunikasi yang beroperasi di luar AS.
Karena komunikasi dari AS juga bisa mengalir ke luar negeri, maka daftar alamat dari warga AS juga bisa masuk dalam titik akses internasional tersebut, yang dikenal sebagai Sigads (Signals Intelligence Activity Designators).
Kenyataan ini menjadi penting karena Presiden Barack Obama sebelumnya mengatakan bahwa warga AS tidak masuk dalam sasaran pemantauan keamanan.
Alamat internet biasanya terdiri dari nama dan alamat email namun juga bisa berisi nomor telepon, alamat rumah, serta informasi bisnis maupun keluarga.
Banyak layanan internet yang secara otomatis menyusun daftar alamat kontak tujuan begitu sebuah email telah dikirim.
Menanggapi berita ini, Yahoo mengatakan akan mengenkripsi komunikasi email mulai tahun 2014 sementara Facebook menyerukan transparansi lebih besar dalam pengumpulan data, dan Microsot menyatakan pengungkapan terbaru ini meningkatkan ‘keprihatinan yang serius’.
Nah, kalau saja negara-negara di Eropa yang telah maju dan juga telah menjadi sekutu AS masih disadap, bagaimana dengan Indonesia? Bagaimana pula dengan anda? Mereka memantau anda setiap detiknya, kapan saja, dimana saja, selama gadget anda menyala di genggaman tangan anda. We are watching you!
(bbc / beritasatu / Le Monde / Radio Europe 1 / Reuters / Der Spiegel / The Guardian)
Sumber: indocropcircles.wordpress.com