“Jika saya mati sudah tentu bukannya berarti PKI ikut mati bersama kematian saya. Tidak, sama sekali tidak. Walaupun PKI sekarang sedang rusak berkeping-keping, saya tetap yakin bahwa ini hanya bersifat sementara. Dan dalam proses sejarah nantinya PKI akan tumbuh kembali, sebab PKI adalah anak zaman yang dilahirkan oleh zaman“. (Sudisman, Seorang anggota Polit Biro PKI zaman DN Aidit, Diadili pada Juli 1967 dan dijatuhi hukuman mati. Pernyataan di atas disampaikan pada pleidoi sidang pengadilan, 21 Juli 1967)
Mantan staf ahli Panglima TNI, Brigjen TNI (Purn) Adityawarman mengungkapkan banyak yang belum memahami sepak terjang Komunis Gaya Baru (KGB) saat ini.
Ia pun mengisahkan bagaimana sadisnya PKI yang melakukan pembantaian di mana-mana. Di Solo, yang dulu pernah menjadi basis PKI, Adityawarman menyebut pernah terjadi banjir darah korban keganasan PKI.
“Komunis ini lahir dari ajaran kebencian dan kekejaman, Bang Taufik Ismail mengatakan jutaan nyawa melayang ketika Komunis ini tumbuh, bangkit dan berkembang,” kata Brigjen TNI (Purn) Adityawarman Thaha dalam Pengajian Politik Islam (PPI) yang digelar di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Ahad (12/4/2015).
Namun demikian, ada hal lain yang masih disembunyikan sejarah, yakni pembantaian para ulama oleh PKI.
“Tidak pernah diangkat bagaimana kyai-kyai, ulama-ulama di Jawa Timur itu, dibantai, dikubur hidup-hidup, baik tahun 1948 maupun tahun 1965,” ungkapnya.
Begitu pintarnya para kader Komunis dan pendukungnya, hingga mereka bisa mempengaruhi dan menyembunyikan sejarah.
Di bawah ini adalah ebook yang disusun oleh dr. Iman Rudy, memaparkan potret kekejaman PKI membantai para Ulama dan Santri. Silahkan download dan miliki ebooknya.