Home / Deep Secret / Mencari motif Teori Konspirasi Antasari

Mencari motif Teori Konspirasi Antasari

capture-20130511-110130Antasari Azhar, Ketua KPK nonaktif dikabarkan pernah meminta bantuan Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri soal ancaman Nasrudin Zulkarnaen. Kapolri membantahnya.

oleh Rusdi Mathari, Adiyanto, Agus Triyono, Ezra Sihite, Kristian Ginting dan Rangga Prakoso

HOTEL Gran Mahakam, Jakarta, pertengahan tahun silam. Di lobi hotel itu, Antasari Azhar duduk sendiri, menunggu dua tamu dari Padang, Sumatera Barat. Namanya Bakri dan Sadeli, dua orang yang disebut-sebut Antasari sebagai orang yang dia segani. Namun belum lagi dua tamu dari Padang itu datang, ponsel Antasari berdering.
Peneleponnya adalah Rani Julianti.

Perempuan yang dikenalnya sebagai caddy itu meminta bertemu. “Pak ingin ketemu,” kata Rani.

Semula Antasari menolak karena alasan sedang menunggu dua tamu dari Padang itu. “Saya sedang menunggu tamu di Hotel Gran Mahakam,” jawab Antasari.

Rani merajuk, dan Antasari akhirnya meminta perempuan itu datang ke hotel yang tak jauh dari Blok M Plaza itu. “Ya sudah, kita ketemu di Mahakam kamar nomor sekian,” kata Antasari.

Dalam pembicaraan dengan Rani itu, menurut Antasari, seperti disampaikan Mohamad Assegaf, salah seorang pengacara Antasari— perempuan itu mengajak Antasari agar bersedia bermain golf lagi di Modernland. Rani menyampaikan itu, karena beberapa tahun lalu ketika masih menjadi jaksa, Ketua KPK nonaktif itu bersama atasannya memang selalu bermain golf di sana. Waktu itu Rani menjadi caddy dan perkenalannya dengan Antasari juga terjadi di sana.

“Setelah Antasari menjadi ketua KPK terputus karena tidak pernah lagi main golf ke Modernland,” kata Mohamad Assegaf, salah seorang pengacara Antasari.

Tawaran bermain golf di Modernland itu disampaikan Rani, karena posisinya saat bertemu dengan Antasari itu, sudah bukan caddy melainkan sebagai petugas pemasaran. Entah bagaimana cerita Rani dan Antasari masuk kamar.

Ada dua kamar yang disebut-sebut menjadi tempat pertemuan Rani dan Antasari, yaitu Kamar 802 dan Kamar 808. Kamar 802 adalah kamar menginap lengkap dengan kasur dan kamar mandi di dalamnya. Kamar 808 mirip ruang rapat. Di kamar itu, ada delapan kursi yang saling berhadapan dengan sebuah meja panjang di tengahnya.

Dari Ninda Mashita Sulaeman, Humas Hotel Gran Mahakam, diperoleh keterangan, selain sering makan di restoran di hotel itu, Antasari memang pernah mengadakan pertemuan di Kamar 808. “Bersama koleganya. Saya tidak tahu kapan persisnya, karena buku daftar tamu yang datang diganti setiap tahun,” kata Ninda.

Ketika sedang berbicara dengan Rani di kamar itulah, tiba-tiba mendiang Nasrudin Zulkarnaen membuka pintu kamar yang kata Antasari memang tidak dikunci. “Loh kamu kok di sini bersama istri saya?” mantan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran itu bertanya kaget.

Loh ini istri kamu toh?” balas Antasari. Kedua lelaki itu lalu terlihat menjauh dari Rani, berbicara empat mata. Kepada Narsrudin, Antasari mengatakan apa yang sebenarnya terjadi dan sejak itulah persoalan di antara mereka dianggap selesai.

Minta Bantuan

Cerita kedatangan Nasrudin yang tiba-tiba itulah, yang menurut Assegaf kini sedang didalami oleh tim pengacara Antasari. “Bisa saja kejadian itu membuat Nasrudin marah karena istrinya berada sekamar dengan laki- laki lain. Tetapi yang lebih menarik di sini, kok tiba- tiba Nasrudin bisa masuk ke kamar itu,” kata Assegaf.

Mungkinkah Antasari dijebak? Assegaf tidak berani memastikan tapi menurut Ari Yusuf Amir, anggota tim pengacara Antasari lainnya, memang ada pihak-pihak tertentu yang ingin merusak karakter Antasari. “Soal asmara itu hanya pengalihan motif saja,” kata Ari Yusuf, sambil menyebut banyak keganjilan dalam kasus terbunuhnya Nasrudin dan penangkapan Antasari.

Keganjilan itu antara lain bisa terlihat dari modus yang diciptakan. Antara lain soal dua peluru yang ditembakkan ke kepala dan leher Nasrudin, yang menurut Pak Kapolda sudah dalam keadaan tidak berproyektil. Intinya menurut Ari Yusuf, pihak kepolisian hanya memiliki petunjuk-petunjuk tapi belum mendapatkan bukti keterlibatan Antasari.

Keterlibatan Kombes Pol. Wiliardi Wizar mantan Kapolres Jakarta Selatan, yang disebut-sebut sebagai penghubung dalam kasus penembakan Nasrudin, misalnya, oleh pengacara Antasari juga dianggap ganjil. “Masak menembak orang di tengah jalan, seperti gaya amatiran,” kata Ari Yusuf.

Kecuali menetapkan sebagai tersangka, polisi hingga kini memang belum menyebutkan secara jelas keterlibatan Antasari dalam kasus penembakan Nasrudin. Dalam keterangannya kepada wartawan, Senin pekan silam, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Wahyono hanya menyebutkan, nama Antasari diketahui, setelah polisi menggali informasi dari tersangka sebelumnya yang telah ditahan.

Wahyono menyebut nama Sigid Haryo Wibisono, yang menguak keterlibatan Antasari dalam pembunuhan berencana terhadap Nasrudin. “Dari keterangan SHW, akhirnya polisi memanggil dan memeriksa AA dan menetapkannya sebagai tersangka,” kata Wahyono.

Terlibatnya Wiliardi dalam kasus ini, disebut-sebut karena Antasari menjanjikan kepada yang bersangkutan bisa menjadi bintang satu. Sigid berperan mengenalkan Wiliardi kepada Antasari, dan pernah mempertemukan keduanya di sebuah rumah di Jalan Pati Unus 35, Jakarta Selatan. Dalam pertemuan itu, Sigid mengupayakan lewat Antasari dapat membantu mengangkat nama Wiliardi.

Wiliardi, saat ditangkap menjabat Direktorat Pengamanan Objek Khusus Badan Pembinaan dan Pengamanan Mabes Polri. Dia baru lulus dari Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Tinggi (Sespati) Polri di Maribaya, Lembang, Bandung. Lalu kenapa Antasari yang hanya jaksa dan Ketua KPK (sekarang nonaktif) bisa menjanjikan Wiliardi yang polisi naik pangkat? “Anda jangan menarik kesimpulan kalau Antasari yang menjanjikan (kenaikan pangkat) itu,” kata Assegaf.

Bahwa Antasari punya kedetakan dengan Kapolri Jenderal Pol. Bambang Hendarso, Assegaf membenarkannya. Karena kedekatan dengan Kapolri itu, menurut Assegaf bisa dan mungkin saja, Wiliardi meminta bantuan kepada Antasari untuk naik pangkat. “Itu hal yang logis. Antasari sebetulnya kan selevel dengan presiden. Sama-sama pejabat tinggi loh,” kata Assegaf.

SBY Menjadi Target?

Menyusul ditetapkannya Antasari sebagai tersangka, cerita tentang Antasari yang memiliki hubungan dekat dengan Bambang, memang beredar di kalangan wartawan. Kedekatan itu juga diketahui oleh Harijadi A Munandar. Salah satu pengurus dari Majelis Dzikir An Nurussalam lembaga dakwah yang didirikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono itu, bercerita, Antasari dan Bambang rutin bermain golf bersama di lapangan golf Swadarma, yang tak jauh dari Bandara Soekarno-Hatta.

“Jadi di dalam Polri tak sepakat (tentang) soal kasus Nasrudin ini. Pecah,” kata Harijadi, yang mengaku adik Muhammad Salim, mantan Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Pidana Khusus. Bersama Untung Udji Santoso (mantan Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara), Salim diberhentikan dari Kejaksaan Agung menyusul terbongkarnya rekaman pembicaraan antara Artalyta Suryani dengan jaksa Urip Tri Gunawan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Singkat cerita Antasari yang merasa “kewalahan” dengan Nasrudin disebut-sebut pernah meminta bantuan kepada Bambang, yang lantas disebut-sebut membentuk lima tim. Menurut Assegaf, Antasari mendengar itu, dan sejak itulah tidak ada hal yang membuat Antasari merasa dirinya terancam, hingga terjadilah kasus penembakan terhadap Nasrudin, Sabtu siang 14 Maret 2009.

“Secara normatif, kalau betul AA minta tolong pada BHD karena merasa diperas oleh ND. Maka sudah sewajibnya BHD memberikan perlindungan,” kata Irjen Pol. Purn. Sudirman Ali, yang kini mendirikan kantor bantuan hukum, lewat sambungan telepon kepada Teguh Nugroho, dari Koran Jakarta.

Menjawab pertanyaan wartawan Rabu lalu, Pak Kapolri tidak bersedia menjawab dengan jelas. Sebaliknya dia mengatakan, menyerahkan kasus itu kepada penyidik. “Supaya nanti tidak bias, yang jelas penyidik dengan ketekunan dan ketelitiannya akan mampu mengungkap jaringan ini dan berhasil sampai ke aktor intelektualnya,” kata Bambang di Mabes Polri.

Ditemui Jumat lalu ketika mengunjungi pabrik ekstasi yang pekan lalu dibongkar polisi, di Perumahan Pondok Kelapa Dua, di Jalan Camar No. MD9, Cimanggis Depok— Humas Mabes Polri Irjen Pol Abubakar Nataprawira juga mengaku tidak ada tim semacam itu. “Saya belum cek ke Bareskrim Polda,” kata Abubakar.

Harijadi juga punya cerita lain soal kasus Antasari yang dijadikan sebagai tersangka dalam penembakan Nasrudin. Kata dia, di bawah kepemimpinan Antasari, banyak penyelidikan dan pemeriksaan di tingkat KPK yang tidak jalan. Salah satunya adalah laporan Agus Prayitno Condro, Anggota Komisi IX DPR-RI.

Agus melaporkan ke KPK, perihal penerimaan uang Rp 500 juta setelah Miranda Swaray Goeltom terpilih sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia. Uang tersebut diduga mengandung unsur suap kepada anggota DPR suap saat berlangsung pemilihan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia.

Agus mengaku memperoleh 10 lembar traveler check yang per lembarnya bernilai Rp 50 juta. Penyerahan cek itu dilakukan di ruangan Ketua Komisi IX DPR Emir Moeis oleh koleganya Dudhie Makmun Murod. Juga hadir Wiliam Tutuarima, Budiningsih, Muhammad Iqbal dan Matheus Formes. Menurut anggota Fraksi PDI Perjuangan ini, saat itu dasar penolakan beberapa fraksi adalah Miranda bukan beragama Islam.
“Kami merasakan kasus ini nggak jalan-jalan, ada apa? Itulah yang membuat kami ingin mencaritahu. Diskusi internal kami (Majelis Dzikir) menunjukkan target Pak Antasari adalah Pak SBY. Coba lihat, besan (SBY) sendiri (ditangkap),” kata Harijadi.

Bukan Konspirasi?

Ari Yusuf menyebutkan, kasus Antasari memang tidak sederhana. Kasus ini kata dia dirancang sedemikian rupa dan sangat sistematis dengan tujuan tertentu. Ari Yusuf sayangnya tidak menjelaskan apa yang dia maksud sebagai sistematis dan dirancang sedemikian rupa itu. “Itulah yang (akan) kita garap. Kita coba cerdas mengamati permasalahan ini,” katanya.

Namun Jumat lalu, Pak Kapolri membantah dugaan adanya konspirasi besar di balik penangkapan Antasari. Menurut Bambang polisi hanya bicara soal fakta yuridis yang terbukti di pengadilan. “Umum dan masyarakat pun bisa mendengar secara langsung, ada persitiwa apa di balik itu,” kata Bambang usai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Presiden.

Dua hari sebelumnya Bambang mengatakan, pihaknya tidak mau terburu-buru soal motif di balik kasus ini. “Apakah dengan sederhana itu harus ada yang hilang nyawa?” kata Bambang.

Kasus Antasari-Nasrudin tampaknya memang terlalu ruwet dan telanjur menjadi isu besar. Seperti berkelindan, kasus ini sudah penuh dengan persengkokolan politik dan melibatkan nama-nama penting. “Banyak keterangan yang bertabrakan,” kata Yohanes Yakob, pengacara Williardi.

Keluarga almarhum Nasrudin menyebut kasus asmara yang dikaitkan dengan kematian Nasrudin sebagai opini liar. “Ini kasus liar karena belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian,” kata Andi Syamsudin, adik kandung Nasrudin seperti dikutip oleh Antara, 8 Mei 2009.

Menurut Andi keluarga Nasrudin tidak pernah mengenal nama Rani Julianti yang disebut-sebut terlibat dalam kasus penembakan Nasrudin dan kemudian menyeret Antasari. Andi karena itu meminta polisi memberikan keterangan resmi mengenai motif dari kasus penembakan kakaknya.

Lalu di antara cerita-cerita itu, Selasa silam usai diperiksa penyidik di Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya, Antasari terlihat menggunakan kemeja berwarna oranye bertuliskan “Tahanan,” celana selutut bermotif kotak-kotak, dan bersendal jepit.

“Sebetulnya waktu itu kami sudah melakukan upaya agar (pakaian yang dikenakan Antasari) tidak terlihat wartawan, tapi akhirnya tertangkap juga,” kata Assegaf.

Tulisan ini dimuat di Koran Jakarta Minggu 10 Mei 2009 Halaman 4 dengan judul “Berjuta Motif di Balik Kasus Antasari”

http://rusdimathari.wordpress.com

About admin

Check Also

Antara Covid-19 dan Dajjal (1)

Keberadaan Al Masih al Dajjal (Dajjal) itu bisa dianalogkan dengan  bangkai. Sekalipun bangkai itu tersembunyi ...