Home / Relaksasi / Renungan / Lakukan Dulu Baru Berceramah

Lakukan Dulu Baru Berceramah

Oleh: H. Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad.

Berikut adalah sebuah kisah tentang Mursyid kami terdahulu yang selalu ceramah dan berkhutbah tentang apa yang pernah beliau lakukan namun selalu menolak ceramah dari apa yang tidak pernah atau belum pernah beliau lakukan. Beginilah seharusnya seorang ulama.

Kisah ini ku tujukan untuk mu wahai sahabatku, karena terdorong rasa cinta dan kasih kepada mu. Maka sebelum aku berkisah sebaiknya ku mulai dengan do’a:

“Ya Allah ya Rab, Panjenengan limpahaken shalawat dumatheng kanjeng Nabi Muhammad SAW. Mugi kanthi barokah shalawat meniko panjenengan paring kebebasan dumatheng kulo sedhoyo saking bencana lan musibah ndunyo kelawan akhirat. Ya Allah ya Karim, panjenengan tetepaken wonten manah lan dhohir kulo mantep dumatheng agami Islam, panjenengan jagi Iman sa`lebete manah kulo sedhoyo ya Allah supadoso mboten enggal sirno saking sa`lebetipun manah”.

Ada sebuah kisah hikmah yang dialami oleh Imam Hasan al-Basri. Kisah ini terjadi antara Imam Hasan al-Basri dan seorang budak yang ingin sekali merdeka dari sematan budak yang ada pada dirinya. Kisah ini terdapat pada kitab Al-Fawaaid al-Mukhtaarah li Saaliki Thariiqil Aakhirah, yang berisi hikmah ucapan Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith.

Alkisah, suatu hari Imam Hasan al-Basri sedang duduk santai di rumahnya. Tiba-tiba datang seorang utusan dari perwakilan budak yang ada di Basrah. Perwakilan budak itu mengadu pada Imam Hasan al-Basri ihwal perlakuan buruk majikannya kepada para budak.

“Wahai Imam Hasan al-Basri, para majikan kami memperlakukan kami dengan tidak selayaknya. Kami ingin jumat depan engkau berkhutbah tentang memerdekakan budak, agar kami lepas dari perlakuan buruk majikan kami,” adu perwakilan budak itu.

Imam Hasan al-Basri sejenak merenung berfikir ihwal aduan sang budak tadi. Akhirnya hari jumat pun tiba, tibalah Imam Hasan al-Basri berkhutbah sebagaimana permintaan sang budak, yaitu khutbah ihwal memerdekakan budak.

Singkat cerita, sepulang dari shalat Jumat, para jamaah tersentuh akan khutbah memerdekakan budak yang disampaikan oleh Hasan al-Basri. Para jamaah yang memiliki budak pun spontan memerdekakan budak-budak milik mereka setelah mereka keluar dari masjid.

Hari demi hari berlalu, budak-budak pun merdeka dari majikannya. Sang budak yang tempo hari mengadu kepada Imam Hasan al-Basri tiba-tiba menemui Imam Hasan al-Basri kembali, namun statusnya berbeda kini ia bukan lagi seorang budak. Ia pun memulai pembicaraan.

“Wahai Imam Hasan al-Basri, kedatanganku ke sini bukan untuk berterima kasih kepadamu, namun aku kesal kepadamu,” ujar mantan budak itu.

“Wahai saudaraku, apa yang membuatmu kesal seperti itu kepadaku?” Selidik Imam Hasan al-Basri.

“Kenapa tidak dari dulu engkau berkhutbah tentang memerdekakan budak, padahal kami sering menghadapmu untuk memintamu menyampaikan khutbah itu tapi kau selalu menunda-nundanya,” ujar mantan budak itu kesal.

“Wahai saudaraku, tahukah kamu mengapa aku menunda-nunda permintaanmu itu?” Imam Hasan al-Basri bertanya lagi.

“Sungguh aku tidak tahu, Allah lebih mengetahui ihwal pertanyaanmu itu,” jawab mantan budak itu, kali ini dengan nada kalem.

“Aku menunda-nunda permintaanmu itu tak lain karena saat itu aku belum pernah memiliki budak, dan aku tak mempunyai cukup harta untuk membeli budak, hingga suatu hari Allah memberiku rizki untuk membeli budak. Aku tak memanfaatkan budak itu sebagaimana kebanyakan orang, setelah kubeli, budak itu aku merdekakan. Itulah alasanku menunda permintaanmu, aku hanya tidak ingin berkhutbah ihwal sesuatu yang sama sekali belum aku alami,” ujar Imam Hasan al-Basri menjelaskan alasannya kepada mantan budak itu.

Mantan budak itu pun terdiam akan jawaban dan kerendahhatian Imam Hasan al-Basri.

Allah SWT berfirman:

يـاَيـُّهَا الَّذَيـْنَ امَنُوْا لِمَ تَـقُوْلُـوْنَ مَا لاَ تَـفْعَلُـوْنَ. كَـبُرَ مَقْتـًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَـقُوْلُـوْا مَا لاَ تَـفْعَلُـوْنَ.

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”. (Q.S. Ash-Shaff : 2 – 3)

Wallahu A’lam.

About admin

Check Also

Meneladani Ulama Salaf di Malam-malam Terakhir Bulan Ramadhan

“Beberapa ulama salaf menyendiri dalam rumahnya, berkhalwat dengan Rabb-Nya, hingga seseorang bertanya padanya: ‘tidakkah engkau ...