Home / Agama / Dialog Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. dengan seorang Yahudi (Bagian III-Akhir)

Dialog Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. dengan seorang Yahudi (Bagian III-Akhir)

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Musa AS.

Orang Yahdui berkata : “Lihatlah Nabi Musa bin Imran as. karena Allah telah memberinya Taurat yang memuat hukum-hukum.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Nabi Muhammad SAW telah diberi surat al-Baqarah dan al-Maidah yang sama dengan Kitab Injil, beliau juga diberi surat Thawasin (surat-surat yang didahului dengan huruf Tha, Sin), surat Thaha, sebagian surat-surat al-Mufashshal (yang sedang sehingga sering dipisah-pisah) dan al-Hawamim (surat-surat yang dimulai dengan Ha, Mim) yang sama dengan kitab Taurat, beliau juga diberi sebagian surat-surat al-Mufashshal dan surat-surat yang didahului dengan Shabbaha yang sama dengan kitab Zabur; beliau diberi surat Bani Israil dan surat Bara’at yang sama dengan shuhuf Ibrahim AS dan shuhuf Musa AS, kemudian Allah SWT menambah beliau dengan as-Saba’ ath Thiwal (tujuh surat yang terpanjang) dan surah al-Fatihah.”

Orang Yahudi berkata, “Sesungguhnya Nabi Musa AS dipanggil untuk bermunajat kepada Allah di atas bukti Sina.”

Sayyidina Ali berkata, ‘Ya itu benar. Allah telah mewahyukan kepada Muhammad SAW di Sidratul Muntaha. Kedudukan beliau di langit terpuji dan di Sidharatul Munthaha beliau disebut-sebut.

Orang Yahudi berkata, “Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.” (QS Thaha, 39). Allah telah memberikan kasih sayang kepada Musa AS.’

Sayyidina Ali menjawab,”itu benar, tetapi Allah telah memberikan kepada Nabi Muhammad SAW sesuatu yang lebih mulia dari itu. Selain Allah memberikan kasih sayang kepadanya, Dia juga telah menyertakan nama Muhammad dengan nama-Nya sehingga syahadat tidak sempurna kecuali dengan ungkapan, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Ikrar itu disebut-sebut di atas mimbar, maka tidak dikumandangkan sebutan Allah kecuali dikumandangkan pula sebutan Muhammad SAW.’

Orang Yahudi berkata, ‘Nabi Musa AS telah diutus untuk menghadapi Fir’aun dan memperlihatkannya kepadanya tanda yang besar.”

Sayyidina Ali berkata : “Itu benar, Nabi Muhamamd SAW juga diutus untuk menghadapi beberapa Fir’aun, seperti Abu Jahal, Utbah bin Rabi’ah, Syaibah, Abi al0Bukhari, Nidhir bin Harits, Ubai bin Khalaf, dan diutus kepada lima orang yang dikenal dengan para pengolok, al-Walid bin al-Mughirah al-Makhzumi, al-‘Ash bin Wa’il al-Suhami, Aswad bin Abd Yaghuts az Zuhri, Aswad bin al-Muthalib dan al-Harits bin Thalathilah. Maka beliau memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda yang besar di alam raya ini dan di dalam diri mereka sendiri sehingga jelas bagi mereka bahwa Dia itu benar.”

Orang Yahudi berkata, “sesungguhnya Musa bin Imran telah diberi tongkat yang berubah menjadi seekor ular.”

Sayiddina Ali menjawab, ‘Ya itu benar, Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuati yang lebih hebat daripada itu. Pernah ada seseorang yang menuntut hutang kepada Abu Jahal bin Hisyam seharga seekor kambing yang dia beli dari orang itu. Tetapi Abu Jahal tidak memperdulikannya. Dia tengah asyik duduk sambil minum-minuman keras. Setiap kali orang menagihnya, tetapi tidak berdaya sama sekali dan selalu diacuhkan oleh Abu Jahal. Beberapa orang disekitar itu berkata kepada orang tersebut sambil menghina, “siapa yang kamu tagih?”

“Amr bin Hisyam (abu Jaha). Dia mempunyai hutang kepadaku,” Mereka berkata, “Maukah kami tunjukkan orang yang mampu menjalankan hak-hak?” Orang itu berkata ‘Ya.” Mereka lalu menunjukkan Nabi Muhammad SAW.

Pada saat Abu Jahal mengetahui rencana orang tersebut yang meminta pertolongan kepada Nabi Muhammad SAW, Abu Jahal berkata dalam hatinya, “Mudah-mudahan Muhammad datang kepadaku dan membutuhkanku, sehingga aku dapat mempermalukannya.” Orang yang sedang menuntut haknya itu datang kepada Nabi Muhammad SAW seraya berkata, “Wahai Muhammad, aku mendengarkan bahwa hubungan antara dirimu dengan Amr bin Hisyam baik. Aku datang minta bantuan dirimu.” Kemudian beliau pergi bersamanya manghadap Abu Jahal. Beliau berkata,’Bangunlah wahai Abu Jahal. Berikan kepada orang ini haknya.’ Lalu Abu Jahal segera bangun dan memberikan kepada orang haknya. Ketika Abu Jahal kembali ketempat semula, teman-temannya berkata, ‘Kamu mengerjakan itu karena taku kepada Muhammad?’, Abu Jahal berkata, ‘Celaka kalian, maafkan aku. Sesungguhnya ketika dia datang, aku lihat di sebelah kanannya orang-orang yang membawa pisau yang bersinar dan disebelah kirinya ada dua ekor ular yang menampakkan giginya dan dari matanya keluar sinar. Sekiranya aku menolak, maka perutku tidak aman dari tikamannya dan aku akan diterkam ular itu, dan itu lebih berat bagiku daripada memberikan hak.’

Ketika Nabi Muhammad SAW mengajak ketauhid dan menyalahkan kemusyrikan, para tokoh kaum musyrikin marah, lalu Abu Jahal berkata, “Demi Allah mati lebih baik bagi kita daripada hidup. Tidak adakah diantara kalian, wahai kaum Quraisy, seorang yang akan membunuh Muhammad?” Mereka menjawab, ‘Tidak ada.’ “kalau begitu saya yang akan membunuhnya,’ Seandainya keluarga Abdul Muthalib akan menuntut balas, biarlah aku yang terbunuh, kata Abu Jahal. Mereka lalu berkata, “Sesungguhnya jika kamu melakukan itu, maka telah berbuat kebaikan yang akan selalu diingat.”

Kemudian Abu Jahal pergi ke Masjid al-Haram dan melihat Rasulullah SAW berthawaf sebanyak tujuh putaran, kemudian beliau sholat dan sujud sangat lama. Kemudian Abu Jahal mengambil batu dan membawanya ke arah kepala Nabi Muhammad SAW, ketika dia telah mendekatinya, datanglah unta jantan dari arah beliau dengan membuka mulutnya ke arah Abu Jahal. Melihat itu, Abu Jahal ketakutan dan diapun gemetaran, maka batu itu jatuh melukai kakinya, kemudian dia pulang dengan muka yang pucat dan berkeringat. Kawan-kawannya bertanya, ‘Kami tidak pernah melihat kamu seperti sekarang ini.” Abu Jahal berkata, ‘Maafkan aku, aku sungguh melihat unta jantan yang membuka mulutnya dari arah Muhammad, ia hampir menelanku, maka aku lempar batu itu dan mengenai kakiku.”

Orang Yahudi berkata, “Nai Musa AS telah diberi tangan yang keluar darinya cahanya putih. Apakah Muhammad mempunyai hal seperti itu?”

Sayiddina Ali berkata, “Ya itu benar. Nabi Muhammad SAW diberi sesuatu yang lebih dari itu. Sesungguhnya terpancar dari sebelah kanan dan sebelah kirinya cahaya setiap kali beliau duduk. Cahaya itu disaksikan oleh semua orang.”

Orang Yahudi berkata, “Nabi Musa dapat membuat jalan di laut. Apakah Muhammad dapat berbuat semacam itu?”

Sayyidina Ali menjawab, “Itu benar, Nabi Muhammad SAW telah berbuat sama. Ketika kami keluar dalam perang Hunain, kami menghadapi danau yang kami perkirakan sedalam empat belas kaki dari ketinggian badan manusia. Mereka berkata, “Ya Rasulullah, musuh di belakang kita sedangkan danau di depan kita, seperti yang dikatakan kaum Nabi Musa AS, ‘Kita akan terkejar.’ Lalu Rasulullah SAW turun dan berdoa, ‘Ya Allah, sesungguhnya Engkau jadikan untuk setiap utusan sebuah bukti, maka perlihatkanlah kepadaku kekuasaan-Mu.” Kemudian kami mengurangi lautan dengan menunggangi kuda dan unta yang kakinya tidak basah. Lalu kami pulang dengan kemenangan.

Orang Yahudi berkata, “Nabi Musa AS telah diberi batu, kemudian batu itu mengeluarkan dua belas mata air.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Ketika Nabi Muhammad SAW turun di Hudaibiyah dan diboikot oleh penduduk Mekah, beliau diberi sesuatu yang lebih hebat dari itu. Pada waktu itu, sahabat-sahabat beliau mengadu kepada beliau. Mereka kehausan sehingga pangkal tulang kuda mereka menonjol. Kemudian beliau mengambil kain Yaman dan meletakkan tangannya di atas kain itu, lalu keluarlah air di sela-sela jari jemari beliau. Kamu merasa kenyang demikian pula kuda-kuda kami, bahkan kami penuhi kantong-kantong air.”

Orang Yahudi berkata, “Nabi Musa AS telah diberli burung dan manisan dari langit (al manna wa salwa’). Apakah Muhammad juga diberi sesuatu sama seperti itu?”

Sayidinna Ali berkata, “Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAW diberi seuatu yang lebih dari itu. Sesungguhnya Allah SWT menghalalkan harta rampasan perang untuk beliau dan umatnya, dan tidak dihalalkan untuk siapa pun sebelumnya. Dan ini lebih utama dari manna dan salwa’. Kemudia lebih dari itu, Allah SWT menganggap niat beliau dan umatnya sebagai amal kebaikan, dan tidak menganggapnya amal kebaikan untuk seseorang sebelum beliau. Oleh karena itu, jika seseorang hendak berbuat kebaikan tapi belum mengerjakannya, maka ditulis untuknya suatu kebaikan, dan jika dia mengerjakannya, maka ditulis sepuluh kebaikan.”

Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Dawud AS.

Orang Yahudi berkata : “Lihatlah Nabi Dawud AS, sebab Allah telah memberinya kekuatan untuk melunakkan besi, kemudian dengan kekuatannya dia membuat baju besi.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar.” Nabi Muhamamd SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Allah telah memberiya kekuatan untuk membuat gua dari batu gunung yang keras. Batu Shakhrah di Baitu Maqdis menjadi cekung dengan tangan beliau, dan kami telah melihatnya.”

Orang Yahudi berkata, “Nabi Dawud AS menagis karena kesalahan dan kekhilafannya sehingga gunung bergetar karena takut tangisan darinya.”

Sayyidina Ali berkata, “Iya itu benar.” Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Sesungguhnya beliau jika mendirikan sholat, terdengar dari dadanya suara gemuruh seperti gemuruh bejana yang berisi air panas yang mendidih karena isak tangisnya yang sangat, padahal Allah telah membebaskannya dari siksa-Nya. Beliau berdiri sholat di atas kakinya puluhan tahun sehingga bengkak kedua telapak kakinya dan pucat pasi wajahnya. Beliau sholat sepanjang malam sehingga Allah menegurnya.’

Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (QS Thaahaa, 1-2)

Terkadang beliu menangis sampai pingsan, seorang bertanya kepadanya, “Bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang?” Beliau menjawab, “Benar. Namun tidakkah aku pantas menjadi hamba yang banyak bersyukur.”

Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Sulaiman AS

Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Sulaiman AS, karena dia telah diberi kerajaan yang tidak layak diberikan kepada siapapun setelahnya.”

Sayyidina Ali berkata : “Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Telah turun kepada satu malaikat yang tidak pernah turun kepada siapapun sebelumnya, yaitu Malaikat Mikail. Malaikat Mikail berkata kepada beliau, ‘Ya Muhammad. Hiduplah kamu menjadi seorang raja yang senang,. Untukmu kunci-kunci khazanah bumi. Tunduk kepadamu gunung dan batu dari emas dan perak. Itu semua tidak mengurangi apa yang tersimpan untukmu di akhirat kelak sedikitpun.” Lalu dia menunjuk Malaikat Jibril AS dan meminta darinya agar bertawadu’. Kamudian Nabi Muhammad SAW berkata : ‘Tidak, tetapi aku ingin hidup sebagai nabi dan hamba. Sehari makan dan dua hari tidak makan. Aku ingin bergabung dengan saudara-saudaraku dari kalangan nabi sebelumku.’ Maka Allah memberinya telaga kautsar dan hak syafaat. Ini lebih besar 70.000 kali lipat dari kerajaan dunia dari permulaan sampai akhir. Dan Allah menjanjikan kedudukan yang terpuji (al maqam al Mahmud). Di hari kiamat nanti Allah akan mendudukannya di atas Arsy. Itu semua lebih mulia dari apa yang telah diberikan kepada Nabi Sulaiman bin Dawud AS.’

Orang Yahudi berkata. “Angin telah diciptakan untuk Nabi Sulaiman AS. Angin itu membawa pergi Sulaiman di negerinya dalam sebuah perjalanan, perginya satu bulan dan pulangnya satu bulan.”

Sayyidina Ali berkata, ‘Ya itu benar.’ Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Dia telah diisra’kan dari Masjid al Haram ke Masjidil al Aqsa, yang biasa ditempuh satu bulan, lalu di bawa naik ke kerajaan langit, yang memerlukan waktu lima puluh ribu tahun, dalam waktu kurang dari sepertiga malam.’

Orang Yahudi berkata, “Telah diciptakan jin-jin untuk taat kepada Nabi Sulaiman AS. Mereka bekerja untuk Sulaiman ketika membuat mihrab dan patung.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Jin-jin diciptakan untuk taat kepada Nabi Muhammad AS, tetapi mereka dalam keadaan kafir, sementara jin-jin diciptakan untuk taat kepada Nabi Muhammad SAW dalam keadaan beriman. Telah datang kepada beliau sembilan tokoh jin dari Yaman dan dari Bani Amr bin Amir. Mereka adalah Syashot, Madhot, Hamlakan, Mirzaban, Mazman, Nadhot, Hashib, Hadhib dan Amr. Merekalah yang disebutkan dalam al-Qur’an.’

‘Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur’an), lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur’an yang menakjubkan. (QS al-Jin : 1).’

‘Mereka berbaiat kepada beliau untuk menjalankan puasa, sholat, zakat, haji dan jihad. Ini lebih hebat dari yang diberikan kepada Nabi Sulaiman AS.”

Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Yahya AS

Orang Yahudi berkata, ‘Lihatlah Nabi Yahya bin Zakaria AS karena dia waktu kecil telah diberi hikmah, kebijaksanaan dan pemahaman. DIa menangis tanpa berbuat kesalahan dan dia senantiasa berpuasa terus menerus.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Nabi Yahya AS hidup pada masa tiada berhala-berhala dan kejahiliahan.”

Sementara Muhammad pada masa kecilnya telah diberi hikmah dan pemahaman di tengah para penyembah berhala dan setan. Beliau sama sekali tidak menyukai berhala, tidak pernah aktif dalam upacara-upacara mereka dan tidak pernah berdusta sama sekali. Beliau seorang yang jujur, terpercaya dan bijaksana. Beliau senantiasa menyambung puasa dalam seminggu, terkadang kurang dan terkadang lebih. Beliau pernah berkata, “Aku tidak seperti kalian. Aku berada di samping Tuhanku. DIa Yang memberiku makan dan minum.” Beliau selalu menangis sehingga air matanya membasahi tempat sholatnya karena takut kepada Allah SWT tanpa kesalahan.

Perbandingan Nabi Muhammad SAW dan Nabi Isa AS

Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Isa bin Maryam AS. Mereka meyakini bahwa dia dapat berbicara dalam buaiannya dalam keadaan masih bayi.”

Sayyidina Ali berkata, ‘Yai itu benar. Nabi Muhammad SAW keluar dari perut ibunya sambil meletakkan tangan kirinya di atas tanah dan tangan kanannya diangkay ke atas beliau menggerakkan kedua bibirnya dengan ucapan tauhid. Lalu terpancarlah dari mulutnya cahaya sehingga penduduk Mekah dapat melihat istana-istana Bashrah dan istana-istana merah di negeri Yaman dan sekitarnya. Dunia menjadi terang benderang di malam kelahiran Nabi Muhammad SAW sehingga jin, manusia dan setan ketakutan.

Mereka berkata, ‘Telah terjadi peristiwa besar di muka bumi ini.’ Pada malam kelahiran beliau, para malaikat naik turun dari langit, bertasbih dan memuji Allah.”

Orang Yahudi berkata, ‘Mereka meyakini bahwa Nabi Isa AS telah menyembuhkan orang bisu dan orang yang menderita penyakit belang dengan izin Allah SWT.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Muhammad telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Beliau telah menyembuhkan orang dari penyakitnya. Ketika beliau duduk, beliau bertanya tentang seorang sahabat beliau, lalu para sahabat beliau berkata, “Ya Rasulullah, dia terkena musibah sehingga dia seperti seekor anak burung yang tidak berbulu.” Kemudian beliau mendatanginya, ternyata orang itu benar-benar seperti anak burung yang tidak berbulu karena beratnya musibah. Beliau berkata, “Apakah kamu telah meminta sesuatu dengan doa?”

Dia menjawab, “Ya. Aku pernah berdoa kepada Allah agar segala siksaan yang akan menimpaku di akhirat nanti, disegerakan di dunia ini,”

Kemudian Nabi berkata, “bacalah doa ini, ‘Ya Allah, berilah kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan, dan jagalah kami dari azab neraka.” Maka orang itupun mengucapkannya, lalu dia segera bangun dan sehat.
Juga pernah seseorang datang dari Junainah yang menderita lepra. Dia mengadu kepada beliau. Lalu beliau mengambil mangkuk berasa air dan beliau meludahinya, kemudian beliau berkata, “Basuhlah badanmu dengan air ini!” Orang itu lalu mengerjakannya dan kemudian sembuh seakan-akan tidak terjadi apa-apa.’

Orang Yahudi berkata, “Mereka meyakini bahwa Nabi Isa AS telah menghidupkan orang yang telah mati dengan izin Allah SWT.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Sungguh telah bertasbih sembilan kerikil di tangan Nabi Muhammad SAW suranya sampai terdengar padahal kerikil itu tidak bernyawa. Beberapa orang yang sudah mati berbicara dengannya dan meminta bantuan darinya dari siksaan kematian. Kamu meyakini bahwa Nabi Isa AS berbincang-bincang dengan orang-orang yang sudah mati, Nabi Muhammad SAW mempunyai pengalaman yang lebih mengaggumkan dari itu. Ketika beliau singgah di Thaif sementara kaum Thaif memboikot beliau. Mereka mengirim seekor kambing yang sudah dipanggang dan dicampur racun, lalu kambing itu berbicara, “Wahai Rasulullah, jangan engkau makan aku, karena aku telah diberi racun. Beliau telah diajak bicara oleh kambing yang sudah disembelih dan dibakar. Beliau juga memanggil pohon, lalu pohon itu menghampirinya. Binatang-binatang buas berbicara dengan beliau dan bersaksi atas kenabian beliau. Ini semua lebih besar dari yang diberikan kepada Isa AS.’

Orang Yahudi berkata, ‘Nabi Isa AS telah memberitahu kaumnya tentang apa yang mereka makan dan mereka simpan di rumah-rumah mereka.”

Sayyidina Ali menjawab, “Itu benar. Nabi Muhammad SAW telah berbuat sesuatu yang lebih besar daripada itu. Kalau Nabi Isa AS memberitahu apa yang ada di belakang tembok, maka Nabi Muhammad SAW telah memberitahu tentang perang Mu’tah, padahal beliau tidak menyaksikannya dan beliau menjelaslkan tentangnya dan orang-orang yang syahid di sana padahal jarak antara tempat perang dengan beliau sejauh perjalanan sebulan.”

Akhirnya orang Yahudi tersebut mengucapkan dua kalimah syahadat dan bersaksi bahwa tiada kedudukan dan keutamaan yang Allah berikan kepada Nabi melainkan Dia berikan juga kepada Rasulullah SAW dengan tambahan.

Ibnu Abbas r.a. berkata, “Aku bersaksi, wahai ayah al-hasan, bahwa engkau adalah orang yang sangat dalam pengetahuannya.”

Sayyidina Ali menjawab, “Bagaimana aku tidak mengatakan tentang seorang yang Allah sendiri mengagungkannya dalam al-Qur’an, Sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.”

Wallahu a’lam

 

 

About admin

Check Also

Wihdatul Wujud Dalam Shalat

“Ketika engkau mengatakan Ushalli dalam niat shalat, namun engkau tidak menyertakan Allah bersamamu, dan menuju ...