Home / Berita / Antara Aburizal Bakrie dan Boarding Pass

Antara Aburizal Bakrie dan Boarding Pass

Antara Aburizal Bakrie dan Boarding PassKetua Umum Golkar Aburizal Bakrie yang populer dengan nama panggilan Ical membuat pernyataan yang mengundang kritikan dan bahkan serangan terkait dengan pilpres 2014. Pada saat berkunjung ke redaksi Trans TV, di Jl Kapten Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (4/3), Ical membuat pernyataan,  “Selain popularitas dan elektabilitas, ada hal lain yang menentukan pencapresan seseorang, yaitu eligibilitas, bahasa populernya boarding pass. Dan yang punya boarding pass cuma dua, ARB dan Megawati Soekarnoputri,” katanya.

Menyoal boarding pass itu, Ical meyakini tak ada partai selain Golkar dan PDIP yang akan mampu memenuhi presidential phreshold (PT). Menurut UU yang masih akan dipergunakan pada pemilu Presiden 2014, yaitu Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan presiden, syarat pengajuan pasangan capres dan cawapres adalah  25 persen suara nasional atau 20 persen jumlah kursi legislatif.

Pernyataan dari  seorang Ketua Umum Golkar menjelang pemilu bukanlah hal yang sederhana, pasti sudah melalui hitungan yang cermat dan perkiraan matang. Dari beberapa hasil  survei yang telah dirilis oleh Lembaga-lembaga survei,  hitung-hitungan Ical itu cukup realistis. Tetapi jelas elit parpol lainnya  langsung membantah  tidak setuju, sebab masih terbuka kemungkinan koalisi parpol yang tidak berkoalisi dengan PDIP dan Golkar. Argumen kritik klaim Ical itu terus dimuntahkan, serangan demi serangan dilancarkan.

Partai Gerindra melalui Anggota Dewan Pembina Martin Hutabarat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (5/3/2014) menyatrakan, “Menurut survei internal terakhir, elektabilitas Prabowo masih jauh di atas Aburizal Bakrie,” katanya. Ditegaskan oleh Gerindra bahwa Prabowo juga bisa mengantongi ‘Boarding Pass’ dengan jalan berkoalisi, apalagi elektabilitasnya di survei tinggi.

Partai Hanura nampaknya kesal menyoal boarding pass ke Pilpres 2014. Elit Hanura menyindir, Ical  dinilai hanya berandai-andai dan diingatkan agar tak menyombongkan diri. Ketua DPP Hanura Susaningtyas Kertopati di Gedung DPR, Senayan, Jakpus, Rabu (5/2/2014) mengungkapkan, “Saya rasa ungkapan Pak Ical itu harus dipertanyakan. Apabila Ical mengatakan sebagai capres, tentu tidak bijaksana karena harus melihat perkembangan situasi sekarang. Yang dilakukan capres lain juga sebangun dengan apa yang dia lakukan,” katanya. Masih ada swing voters 30 persen yang harus dihitung Ical katanya.

Dari PKS keluar tanggapan, “Sebenarnya sampai saat ini belum ada partai yang sudah mengantongi boarding pass pencapresan,” kata Ketua DPP PKS Jazuli Juwaini di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (5/3/2014). Dikatakannya juga, “Statement  seperti itu akan dibuktikan pada Pemilu 9 April 2014.”

Partai Demokrat melalui Wasekjen Ramadhan Pohan membantah keras klaim Ical tersebut. Dia menyatakan,  “Itu takabur! Mendahului takdir dan merendahkan capres partai lain,” kata Ramadhan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (5/3/2014).

Dari pernyataan Ketua Umum Golkar tersebut, apa sebenarnya dibalik itu semua. Ical jelas mendasarkan pernyataannya dengan apa yang disampaikan oleh lembaga survei. Walaupun hanya berupa persepsi dari responden, dengan metoda yang benar dan jujur, hasil survei akan dapat menggambarkan kondisi yang berlaku pada saat survei dilaksanakan.

Hitungan Berdasarkan Hasil Survei

LSI (Lingkaran Survei Indonesia) melakukan survei pada 6 Januari hingga 16 Januari 2014.  Hasil survei ;  Elektabilitas Partai Golkar (18,3 persen), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) 18,2 persen,  Gerindra (8,7 persen), Partai Demokrat (4,7 persen), Partai Hanura (4,0 persen), Partai Kebangkitan Bangsa (3,7 persen), Partai Persatuan Pembangunan (3,6 persen), Partai Amanat Nasional (3,3 persen), Partai Keadilan Sejahtera (2,2 persen), Partai Nasdem (2,0 persen), Partai Bulan Bintang (0,7 persen) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (0,5 persen).

Peneliti LSI Adjie Alfarabi mengatakan, dengan perolehan suara tersebut, Golkar dan PDIP akan sangat kuat jika berkoalisi. Mereka hanya membutuhkan koalisi dengan satu partai papan tengah untuk menguasai lebih dari 50 persen suara di legislatif. Adjie memprediksi tren suara Golkar dan PDI-P akan terus naik mencapai setidaknya 20 persen pada pemilu legislatif 2014. Jika tidak mencapai suara 20 persen, kedua parpol itu akan berkoalisi dengan satu atau dua partai kecil untuk memenuhi syarat ambang batas pengusungan calon presiden dan calon wakil presiden, yakni 20 persen perolehan kursi DPR atau 25 persen perolehan suara sah nasional.

LSI memprediksi pada pilpres 2014 nanti, hanya akan ada tiga pasang calon presiden dan calon wakil presiden yang akan maju. Pertama, calon dari PDIP, kedua calon yang akan diusung oleh Golkar (plus parpol koalisi) ketiga yaitu pasangan capres-cawapres lainnya, akan diusung oleh partai sisanya yang berkoalisi. Gerindra diprediksi Adjie akan menguasai koalisi karena perolehan suaranya lebih besar dibandingkan parpol lain. Oleh karena itu, menurut LSI, Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto kemungkinan besar menjadi tokoh yang dicalonkan sebagai presiden dari koalisi ini.”Selain Prabowo, opsinya bisa juga Wiranto (capres Hanura), Hatta Rajasa (capresPAN), atau capres Konvensi Demokrat yang maju,” lanjut Adjie.

Capres Konvensi Partai Demokrat menurut LSI (Adjie Alfaraby) dinilainya tidak sukses. Calon yang terkuat, Meneg BUMN Dahlan Iskan, hanya mendapatkan suara 2,5 persen. Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Pramono Edhie Wibowo hanya mendapatkan 2,1 persen. Sementara Ketua DPR Marzukie Ali hanya mendapatkan 2 persen suara. “Sisanya, Calon Presiden Konvensi Partai Demokrat yang lain, perolehan suaranya semua dibawah 2 persen,” kata  Adjie.

Hasil Survei LSN (Lembaga Survei Nasional) yang digelar pada tanggal 1-10 Mei 2013 di 33 provinsi, elektabilitas Golkar menempati posisi teratas dengan 19,7 persen dan PDI-P di posisi kedua meraih suara 18,3 persen, Partai Gerindra  (13,9 persen), Partai Hanura (6,9 persen), Demokrat (6,1 persen), PKB (4,8 persen), Partai Nasdem (4,6 persen), Partai Persatuan Pembangunan (4,3 persen), Partai Amanat Nasional (3,8 persen), Partai Keadilan Sejahtera (3,8 persen), Partai Bulan Bintang (1,4 persen), dan PKPI (0,5 persen). Adapun undecided (yang tidak memilih)  sebanyak 11,9 persen.

Analisis

Dari fakta dua lembaga survei tersebut, nampaknya memang hanya Golkar dan PDIP yang akan menjadi parpol papan atas, perolehannya berpeluang diatas 20 persen suara nasional. Ini berarti hanya membutuhkan satu parpol papan tengah untuk dapat mengajukan capresnya masing-masing. Golkar meyakini bahwa partainya tidak akan bersusah payah untuk mengajukan capresnya, demikian juga dengan PDIP. Yang nampaknya boarding pass sudah mendapat tanggapan PDIP dimana Nasdem terlihat sudah mulai merapat.

Posisi PDIP dan Golkar terlihat lebih fleksibel karena belum menetapkan siapa cawapresnya. Cawa[res pada saatnya nanti akan menjadi bargaining position dalam berkoalisi. Itulah kekuatan dua parpol besar ini. Posisi yang agak sulit adalah Partai Hanura yang sudah terkunci karena sudah menetapkan pasangan capres-cawapres.

Prabowo sementara menjadi capres yang belum jelas koalisinya. Apabila Gerindra bisa memenuhi suara diatas 10 persen, maka Prabowo mempunyai peluang membangun koalisi. Pada saatnya Gerindra akan bersaing dengan Partai Demokrat untuk memperoleh suara diatas 10 persen. Ketua Umum Partai Demokrat SBY beberapa waktu yang lalu menyatakan bahwa dari survei internalnya, Demokrat kini elektabilitasnya berada pada tiga besar. Sebagai presiden, nampaknya pernyataan ini juga mengandung arti kebenaran, bukan omong kosong. Yang sulit bagi Partai Demokrat, dari peserta konvensi yang digelar, tidak satupun elektabilitasnya yang menonjol.

Apabila mampu berada diatas 10 persen (atau lebih, target SBY 15 persen), Partai Demokrat masih bisa berkiprah pada periode 2014-2019.  Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil surveinya yang dilakukan pada tanggal 25 September 2013 menyebutkan , “Trend elektabilitas Partai Demokrat terus merosot. Sulit meraih lebih dari lima belas persen. Bahkan bukan hanya sulit mengusung capres, mengusung cawapres pun sulit,” kata peneliti LSI Ardian Sopa.  Kemungkinan terbaiknya Demokrat akan berkoalisi dengan Golkar dan menempatkan pemenang konvensinya, atau yang lebih ekstrim mengajukan Pramono Edi menjadi cawapresnya Ical. Kemungkinan lainnya berkoalisi dengan Gerindra. Peluang koalisi dengan PDIP nampaknya kecil terjadi.

Jadi itulah sedikit ulasan penulis terkait dengan klaim boarding pass. Posisi parpol serta kemungkinan koalisi akan terlihat lebih nyata setelah pemilu legislatif selesai dihitung. Tetapi realistis ungkapan Ketua Umum Golkar, bahwa memajukan ketua umum merupakan kekuatan dari parpol itu sendiri, karena kader serta simpatisan pada umumnya lebih percaya dan setia kepada ketua umumnya, yang sudah berjuang bertahun-tahun , bahkan berpuluh tahun membesarkan parpolnya. Realistis dan tidak spekulatif, targetnya adalah hati para kader dan simpatisannya.

Oleh : Prayitno Ramelan,

Sumber: .ramalanintelijen.net

About admin

Check Also

Gema Takbir Mengiringi Gerhana Matahari Hibrida

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ ...